Wembley Stadium, salah satu ikon sepak bola dunia, telah menjadi saksi banyak momen bersejarah dalam olahraga ini. Namun, bagi Jadon Sancho, stadion legendaris ini menyimpan kenangan pahit yang sulit dilupakan. Kutukan adu penalti yang menghantui Wembley seakan menempel pada dirinya, terutama setelah peristiwa final Euro 2020 yang menggoreskan luka dalam pada karier muda pemain Manchester United ini.
Momen Pahit di Final Euro 2020
Tanggal 11 Juli 2021 menjadi hari yang akan selalu diingat oleh Jadon Sancho dan seluruh pendukung tim nasional Inggris. Pada hari itu, Inggris menghadapi Italia di final Euro 2020 di Wembley, dengan harapan tinggi untuk mengakhiri penantian panjang mereka akan trofi internasional. Pertandingan berlangsung ketat, berakhir dengan skor 1-1 hingga waktu tambahan, dan harus ditentukan melalui adu penalti.
Sancho, yang masuk sebagai pemain pengganti, menjadi salah satu dari tiga penendang yang gagal mengeksekusi penalti untuk Inggris. Sepakan Sancho, bersama dengan Marcus Rashford dan Bukayo Saka, berhasil digagalkan oleh kiper Italia, Gianluigi Donnarumma. Kekalahan ini memupuskan harapan Inggris untuk mengangkat trofi dan membawa trauma mendalam bagi Sancho dan rekan-rekannya.
Kutukan Adu Penalti di Wembley
Bukan kali pertama Wembley menjadi tempat kesedihan bagi pemain-pemain Inggris yang harus menghadapi adu penalti. Stadion ini memiliki sejarah panjang tentang kekalahan Inggris dalam adu penalti, termasuk kekalahan menyakitkan dari Jerman di semifinal Euro 1996. Kenangan buruk ini seakan melekat pada setiap pemain Inggris yang harus menghadapi momen krusial di stadion tersebut.
Sancho menjadi salah satu korban dari kutukan ini. Meskipun dikenal sebagai pemain yang berbakat dengan kemampuan teknik tinggi, tekanan besar yang ada dalam adu penalti di Wembley terasa sangat berat. Terlebih lagi, Sancho, Rashford, dan Saka, yang semuanya masih muda, harus menghadapi beban yang sangat besar di panggung sebesar itu.
Dampak Psikologis pada Sancho
Gagal mengeksekusi penalti di final Euro 2020 bukan hanya menjadi titik balik dalam karier internasional Sancho, tetapi juga memberikan dampak psikologis yang signifikan. Tekanan dari media, fans, dan dirinya sendiri menjadi beban berat yang harus ditanggung. Apalagi, setelah pertandingan, Sancho, Rashford, dan Saka menjadi sasaran pelecehan rasial di media sosial, menambah luka yang sudah ada.
Setelah kejadian tersebut, performa Sancho di lapangan pun mengalami penurunan. Perpindahannya ke Manchester United pada musim panas 2021 dengan harga mahal juga menjadi sorotan, dengan harapan tinggi bahwa ia akan segera menunjukkan kualitasnya. Namun, adaptasi yang lambat dan tekanan untuk membuktikan diri membuat Sancho tampak kesulitan menemukan performa terbaiknya.
Perjuangan untuk Bangkit
Meskipun demikian, Sancho tidak menyerah. Kutukan adu penalti di Wembley mungkin telah menghantui dirinya, tetapi tekad dan semangat juangnya untuk bangkit tetap kuat. Sancho terus bekerja keras dalam latihan, mencoba mengatasi trauma tersebut dan membangun kembali kepercayaan dirinya.
Di Manchester United, Sancho menunjukkan kilasan-kilasan kualitas yang membuatnya begitu dihargai di Borussia Dortmund. Kemampuannya dalam menggiring bola, mencetak gol, dan memberikan assist mulai terlihat kembali, meskipun belum konsisten. Namun, tekadnya untuk mengatasi masa lalu yang kelam tetap menjadi motivasi utama dalam perjalanan kariernya.
Pengaruh Lingkungan dan Dukungan Tim
Peran lingkungan dan dukungan dari tim juga sangat penting dalam proses pemulihan Sancho. Di Manchester United, pelatih Erik ten Hag serta rekan-rekan setimnya memberikan dukungan moral yang sangat dibutuhkan. Mereka memahami betapa beratnya beban yang harus ditanggung oleh Sancho, terutama setelah kejadian di Wembley.
Selain itu, dukungan dari fans juga menjadi faktor penting. Meskipun Sancho sempat mendapat kritik keras, ada banyak penggemar yang tetap percaya pada potensinya dan memberikan dukungan tak henti-hentinya. Kepercayaan ini memberikan motivasi tambahan bagi Sancho untuk terus berjuang dan membuktikan diri.
Pembelajaran dari Kegagalan
Kegagalan di Wembley, meskipun menyakitkan, menjadi pelajaran berharga bagi Sancho. Sepak bola adalah olahraga yang penuh dengan momen-momen krusial, dan adu penalti adalah salah satu ujian terbesar dalam permainan ini. Sancho menyadari bahwa dalam karier sepak bola, ada banyak hal yang tidak dapat diprediksi, dan terkadang kegagalan adalah bagian dari perjalanan untuk mencapai kesuksesan.
Dengan pengalaman ini, Sancho berusaha untuk menjadi lebih kuat, baik secara mental maupun fisik. Dia belajar untuk tidak terlalu keras pada dirinya sendiri dan mencoba untuk selalu mengambil sisi positif dari setiap pengalaman, betapapun pahitnya. Pengalaman di Wembley mengajarinya pentingnya ketangguhan mental dan kemampuan untuk bangkit setelah jatuh.
Masa Depan Jadon Sancho
Masa depan Jadon Sancho masih cerah, meskipun dia harus menghadapi masa-masa sulit. Kutukan adu penalti di Wembley mungkin akan terus menghantui ingatannya, tetapi itu juga bisa menjadi sumber motivasi untuk meraih kesuksesan yang lebih besar di masa depan.
Sancho masih memiliki banyak waktu untuk menunjukkan kualitasnya di level klub dan internasional. Dengan tekad dan kerja keras, dia bisa membalikkan keadaan dan membuktikan bahwa kegagalan di Wembley hanyalah batu loncatan menuju pencapaian yang lebih besar.
Di Manchester United, Sancho memiliki platform untuk berkembang dan mencapai potensinya yang sesungguhnya. Jika dia bisa mengatasi bayang-bayang masa lalu dan tetap fokus pada tujuan-tujuannya, tidak diragukan lagi bahwa Sancho akan menjadi salah satu bintang besar di sepak bola dunia.
Kutukan adu penalti di Wembley menjadi bagian dari sejarah kelam yang harus dihadapi oleh Jadon Sancho. Namun, dengan semangat juang dan dukungan dari tim serta fans, Sancho memiliki kesempatan untuk bangkit dan mengubah narasi tentang dirinya. Wembley mungkin telah meninggalkan luka, tetapi Sancho masih memiliki banyak waktu untuk menulis bab baru dalam kariernya yang penuh potensi.